Bocah Pasar
Masih di suasana perkampungan tapi kali aku tidak menceritakan hijaunya dedaunan atau bebungaannya.
Pagi ini ibu saya mengajak saya pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja sayuran karena memang ibu saya adalah penjual sayuran. Ibu saya berjuang dari tahun 1995, pasar Jatisari kebumen saya rasa telah ikut andil membesar saya sekeluarga.
Saya ingat sekali kapan ibu saya memulai profesi tersebut, dulu ibu saya hanya seorang buruh serabutan tapi karena waktu itu buruh harian seakan tidak di butuhkan lagi ibu saya sempat cemas bagaimana membesarkan saya dan adik-adik saya tanpa seorang ayah.
Ibu saya dulu sempat ragu apakah dia bisa menjadi pedagang sedangkan dia tidak ada yang membimbing atau mengajarinya, kala itu aku mencoba untuk kasih support agar ibu saya pantang menyerah karena ini adalah jalan terbaik untuk kita bertahan hidup.
Ibu saya mengikuti arahan saya dan mencoba bertahan dan Alhamdulillah dia masih bertahan sampai sekarang.
Saya sebagai anak yang tertua, aku merasa punya tanggung jawab kepada diriku sendiri dan adik-adik saya yang masih kecil-kecil.
Tugas yah begini mengikuti ibu saya berbelanja dan mengemasi belanjaan ibuku. Aku dan ibuku memulai perburuan jam lima pagi sampai jam enam pagi.
Yang datang kesini bukan hanya pedagang saja bahkan para petani pun datang kesini untuk menawarkan hasil pertanian mereka, biasanya petani membawa hasil taninya dalam jumlah banyak dan di kemas dalam karung plastik.
Lalu mereka bertransaksi dengan pedagang kelas kakap setelah menemui kesepakatan lalu petani menggunakan jasa penimbangan yang ada di sini.
Berbeda dengan ibu saya yang berpredikat pedagang kecil dengan modal kecil yang di belanjakan ibu saya pun hanya sedikit-sedikit tapi komplit.
Serakahkah saya? Saya rasa sah-sah saja sejauh itu halal dan tak melanggar hukum kenapa tidak?