I wish I could be the Cure for All your Problems, Because you are also the Cure for All my Problems
I woke up at 3:40 because I went to bed early tonight. I have been sleeping late for a few weeks because I was waiting for you to come home and we have always been like that. Due to the changed sleep schedule, I have a slight fever and my body feels warm. That is a form of sacrifice that I have secretly done because you often imagine things that do not actually happen in my house.
All night before going to bed, I tried to build telepathy with you and hoped to get a beautiful message when I woke up later. However, I received the opposite.
At 1:25 you sent a message so that we should not communicate for the next few days because you wanted to focus on work. You expect my understanding.
That was the message, like a midnight tsunami. You have sent similar messages before when our relationship was being tested. It's always like that, you can change in a day, even in a few hours.
I remember very well. The day before or on December 5, 2024 when you were very busy, early in the morning you made a video call with me. You mentioned sleeping at your mother's house. You conveyed your work conditions and that there was no problem with our relationship.
But the message I sent later became a problem for you. A light message that if I had conveyed it directly, it probably wouldn't have been a problem. That sentence became a long discussion that you called a debate. When I tried to clarify, after talking for a few minutes, you hung up in the middle of the conversation before reaching a conclusion.
You went back to being like before, becoming a very cruel person and changing in an instant and I didn't understand it at all. You said, it's better if we just break up so we don't hurt each other. I question why every time there is a problem, your solution is to break up!
I know this is a bad sign for us because it has happened several times before. I struggled in various ways to maintain our love, sometimes by begging like a beggar. I don't care if you think men shouldn't be like that. I love you very much and I will do anything to maintain our love, because I have never felt love as widely as this.
The request not to communicate can be a bad start. You often say, when busy with work becomes a gateway to forget our love because you have an "escape place" to neutralize feelings.
However, I always persistently struggle in various ways to avoid that from happening. So far it has succeeded, maybe and still to the extent possible, because basically you love me very much. We love each other and you often say that.
Usually, when you are very busy with work, you contact me. You often say, our communication is a cure for your fatigue. Sharing stories and complaining about work actually makes your fatigue disappear. You are so enthusiastic when sharing stories.
Why in a day or even in a few hours, the medicine becomes a disease for you? Why am I considered a nuisance to your work? The day before I even asked if I disturbed you with our communication because I often called? You answered no, you really hoped for my call even though when you were busy you couldn't respond.
Yesterday afternoon we connected after I tried to contact you several times. We discussed our work and business plans. I did feel something was wrong, but I never expected to receive a message like the one above. I can feel your feelings and thoughts, when you are in the mood or bad mood. Even when you are sad, I can feel it because my love and affection for you are so deep.
The conversation yesterday afternoon did not make me very happy, it seemed like I would hear bad news from you. And it turned out to be true, you sent a tsunami in the middle of the night. The impact was very deep on me, on my health and work. You also realize, how big your influence is on me, good or bad.
Tonight I should be editing a book, but your message made me write a memoir of feelings. I always write this, about us, both the happy and the heartbreaking. There are times when you share this memoir of feelings with you after I post it on a cryptocurrency-based social media platform. There are times when I don't share it with you, but that memoir of feelings never goes away.
That's why I hope you change. We've promised to meet on Sunday during your trip. We've even agreed to see the possibility of meeting in a city on Monday or Tuesday. I hope that becomes a beautiful reality. I hope I can be the cure for all your problems, because you are also the cure for all my problems.[]
Lorong Asa, December 7, 2024.
Aku Berharap Diriku Menjadi Obat Bagi Semua Masalahmu, karena Kamu juga Obat Bagi Semua Masalahku
Aku terbangun pukul 3.40 karena setelah tidur lebih awal malam ini. Sudah beberapa pekan aku sengaja tidur lebih terlambat karena menunggumu pulang dan kita selalu seperti itu. Akibat jadwal tidur yang berubah, aku sedikti demam dan badan menghangat. Itu sebagai bentuk pengorbanan yang selama ini diam-diam kulakukan karena kamu sering membayangkan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi di rumahku.
Sepanjang malam sebelum tidur, aku berusaha membangun telepati denganmu dan berharap mendapatkan pesan yang indah saat terbangun nanti. Namun, aku malah menerima sebaliknya.
Pukul 1.25 kamu mengirim pesat agar beberapa hari ini kita jangan berkomunikasi dulu karena kamu ingin fokus ke pekerjaan. Kamu mengharapkan pengertian dariku.
Itu pesannya, seperti tsunami tengah malam. Kamu sudah pernah mengirim pesan serupa sebelumnya ketika hubungan kita sedang menghadapi ujian. Selalu begitu, kamu bisa berubah dalam sehari, bahkan dalam beberapa jam.
Aku ingat sekali. Sehari sebelumnya atau pada 5 Desember 2024 ketika kamu sedang sibuk-sibuknya, pagi-pagi kamu melakukan panggilan video denganku. Kamu menyebutkan tidur di rumah ibumu. Kamu menyampaikan kondisi pekerjaan dan tidak ada masalah dengan hubungan kita.
Tapi pesan yang aku kirimkan kemudian menjadi masalah buatmu. Sebuah pesan ringan yang kalau aku sampaikan secara langsung, mungkin tidak akan menjadi masalah. Kalimat itu menjadi diskusi panjang yang kamu bilang perdebatan. Ketika aku mencoba mengklarifikasi, setelah berbicara beberapa menit, kamu malah menutup telepon di tengah percakapan sebelum sampai pada kesimpulan.
Kamu kembali seperti dulu, menjadi orang yang sangat tega dan berubah dalam sekejap dan tidak aku pahami sama sekali. Kamu menyebutkan, lebih baik kita berpisah saja biar tidak saling menyakiti. Aku mempertanyakan mengapa setiap ada masalah, solusi darimu adalah berpisah!
Aku tahu ini sinyal yang buruk bagi kita karena sudah pernah terjadi beberapa kali sebelumnya. Aku berjuang dengan berbagai cara untuk mempertahkan cinta kita, terkadang dengan memohon-mohon layaknya seorang pengemis. Aku tidak peduli kalau kamu beranggapan lelaki harusnya tidak begitu. Aku sangat mencintaimu dan apa pun akan kulakukan untuk mempertahankan cinta kita, sebab aku belum pernah merasakan jatuh cinta secara luas biasa seperti ini.
Permintaan untuk tidak berkomunikasi bisa jadi sebagai awal yang buruk. Kamu sering bilang, ketika sedang sibuk dengan pekerjaan menjadi pintu masuk untuk melupakan cinta kita sebab kamu memiliki “tempat pelarian” untuk menetralisir perasaan.
Namun, aku selalu gigih berjuang dengan berbagai cara untuk menghindari itu terjadi. Selama ini berhasil, mungkin dan masih sebatas mungkin, karena pada dasarnya kamu sangat mencintaiku. Kita saling mencintai dan itu sering kamu katakan.
Biasanya, ketika sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan, kamu malah menghubungiku. Kamu sering berkata, komunikasi kita menjadi obat bagi rasa lelahmu. Berbagi kisah dan mengeluh tentang pekerjaan malah membuat lelahmu hilang. Kamu begitu bersemangat ketika berbagi cerita.
Mengapa dalam sehari bahkan dalam beberapa jam, obat itu menjadi penyakit buatmu? Mengapa aku dianggap sebagai pengganggu pekerjaanmu? Sehari sebelumnya bahkan aku sempat bertanya apakah aku mengganggumu dengan komunikasi kita karena aku sering menelepon? Kamu menjawab tidak, telepon dariku sangat kamu harapkan meski ketika sedang sibuk kamu kamu tidak bisa meresponsnya.
Kemarin sore kita terhubung setelah beberapa kali aku mencoba menghubungimu. Kita bahas soal pekerjaan dan rencana bisnis kita. Aku memang merasa ada yang mengganjal, tetapi tidak pernah menyangka akan menerima pesan seperti di atas. Aku bisa merasakan situasi perasaan dan pikiranmu, ketika sedang in the mood atau badmood. Bahkan ketika kamu susah, aku bisa merasakannya karena begitu dalam rasa cinta dan sayangku padamu.
Percakapan kemarin sore tidak terlalu membahagiakanku, sepertinya aku akan mendengar kabar buruk darimu. Dan ternyata benar, kamu mengirim tsunami tengah malam. Dampaknya sangat dalam terhadap diriku, terhadap kesehatan dan pekerjaanku. Kamu juga sadar, begitu besar pengaruhmu terhadap diriku, baik atau buruk.
Malam ini aku harusnya mengedit buku, tetapi pesan darimu membuatku menulis sebuah memoir perasaaan. Aku selalu menulis ini, tentang kita, baik yang membahagiakan maupun yang menggores perasaan. Ada kalanya kamu berbagi memoir perasaan ini kepadamu setelah kuposting dalam sebuah platform sosial media berbasis cryptocurrency. Ada kalanya tidak kubagi padamu, tetapi memoir perasaan itu tidak pernah hilang.
Karena itu aku berharap kamu berubah. Kita sudah berjanji akan bertemu hari Minggu dalam perjalananmu. Bahkan kita sudah sepakat melihat kemungkinan bertemu di sebuah kota pada hari Senin atau Selasa. Aku berharap itu menjadi kenyataan yang indah. Aku berharap diriku menjadi obat bagi semua masalahmu, karena kamu juga obat bagi semua masalahku.[]
Lorong Asa, 7 Desember 2024.